Welcome to my blog

Kamis, 26 Februari 2015

Sejarah perang tabuk

perang02
Ada tiga orang yang mereka diuji keimanannya oleh Allah ketika ada seruan jihad pada perang tabuk. Salah satunya adalah Ka’ab bin Malik rodhiyallaahu ‘anhu, beliau adalah yang termuda di antara dua Shahabat yang lain. Pada saat seruan untuk berjihad, Ka’ab bin Malik saat itu merasa bahwa dia sangatlah pada kondisi paling kuat, dan tidak memiliki udzur untuk tidak ikut berperang, bahkan kendaraan untuk berperang sudah dia siapkan. Namun, Ka’ab menunda-nunda keberangkatannya, yang akhirnya dia tidak berangkat berjihad sama sekali.
Kemudian sepulangnya Rosulullaah shollallaahu ‘alayhi wa’alaa aalihi wasallam dari tabuk, maka menghadaplah orang-orang yang tidak ikut berperang. Ketika itu orang-orang munafiq mengemukakan alasan-alasan dusta agar mereka selamat. Namun apa yang dilakukan oleh Ka’ab adalah jujur, Ka’ab mengatakan bahwa yang dia lakukan itu tidaklah memiliki udzur dan Ka’ab mengharapkan ampunan dari Allah dan tidak berdusta terhadap Allah dan RosulNya.
Ternyata Allah menunda memberikan keterangan bahwa taubatnya diterima, agar semua itu menjadi pelajaran berharga dan semua itu penuh dengan hikmah. Ka’ab bersama dua Shahabat yang lain mengalami pemboikotan oleh manusia selama 50 malam. Sampai-sampai mereka bertiga merasa dunia ini sempit dan merasa diasingkan. Namun setelah itu akhirnya Allah memberitahukan kepada Nabi shollallaahu ‘alayhi wa’alaa aalihi wasallam bahwa taubatnya Ka’ab diterima.
Sungguh terdapat faedah-faedah dari penggalan kisah ini. Di antaranya yang disebutkan Al-Imam Ibnul Qoyyim rohimahullaah dalam “Jaami’ As-Siroh”;
“Jika seseorang memiliki peluang untuk mendekatkan diri kepada Allah dan melaksanakan ketaatan kepadaNya, maka ia harus membulatkan tekad untuk melakukannya, bersegera kepadanya, dan tidak mengulur-ulurnya. Terutama jika ia tidak yakin dengan kemampuannya dan memiliki faktor-faktor untuk meraihnya. Sebab, tekad dan kemampuan itu cepat lenyap, jarang sekali menetap. Allah akan menghukum siapa saja yang telah Dia bukakan untuknya pintu kebajikan lalu ia tidak segera melakukannya, dengan menghalangi antara hatinya dengan kehendaknya. Akibatnya, ia tidak bisa melakukannya setelah meniatkannya sebagai bentuk hukuman terhadapnya. Barangsiapa tidak memenuhi seruan Allah dan RosulNya, ketika Dia menyerunya, maka Dia menghalangi antara hatinya dengan kehendaknya. Akibatnya, setelah itu, ia tidak bisa lagi memenuhi seruanNya. Dia berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَجِيبُواْ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُم لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rosul apabila Rosul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya.” {QS. Al-Anfal: 24.}
Allah telah menyatakan hal ini dalam firmanNya,
وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُواْ بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ
“Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan pengelihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Quran) pada permulaannya.” {QS. Al-An’am: 110.}
Dia berfirman,
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ
“Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka.” {QS. Ash-Shoff: 5.}
Dia berfirman,
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِلَّ قَوْمًا بَعْدَ إِذْ هَدَاهُمْ حَتَّى يُبَيِّنَ لَهُم مَّا يَتَّقُونَ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi petunjuk kepada mereka hingga dijelaskanNya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi.” {QS. At-Taubah: 115.}
Dan, ini banyak dalam Al-Quran.”
Pelajaran dari kisah perang tabuk, ketika Shahabat Ka’ab bin Malik rodhiyallaahu ‘anhu yang menunda ikut berangkat berperang di peperangan tabuk. Dikutip dari “Jaami’ As-Sirooh” Al-Imam Ibnu Qoyyim rohimahullaah, Penyusun; Yusri Sayyid Muhammad. Edisi terjemah: “Sejarah Hidup Nabi Muhammad & Para Shahabat”, hal. 273, Daar An-Naba’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar